Minggu, 16 Januari 2011

Apa bedanya maf'ul ma'ah dengan 'athaf...?

Dalam mempelajari ilmu tata bahasa ‘arab (Ilmu Nahwu) seringkali orang merasa kesulitan untuk bisa memahami dengan baik. Kerumitan dalam tata bahasa ‘arab disebabkan oleh banyaknya kemiripan-kemiripan dalam tulisan, tetapi sebenarnya mempunyai maksud yang berbeda.
Salah satu di ataranya adalah maf’ul ma’ah dan ‘athaf. Antara keduanya terdapat kemiripan yang hampir identik, nyaris tanpa perbedaan dan baru terlihat perbedaannya setelah melihat pada I’rabnya. Oleh karena itu saya mencoba untuk memberikan gambaran perbedaan yang tidak nampak tersebut.
Mari kita simak contoh berikut :
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَ عَلِيٌّ
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَ عَلِيًّا
Contoh yang pertama adalah ‘athaf di mana kata  محمد dan  علي I’rabnya sama karena sebagai معطوف harus mengikuti معطوف عليه yaitu محمد,
sedangkan yang ke dua kata علي beri’rab nashab, berbeda dengan محمد . dengan demikian علي adalah maf’ul ma’ah.
Mengapa demikian ? di mana perbedaannya ?
Kedua kalimat tersebut memang sama-sama menggunakan penghubung wawu di antara محمد  dan  علي dan bila dipahami memang keduanya bercerita bahwa yang datang adalah kedua orang tersebut yaitu محمد  dan علي . Perbedaannya adalah : pada kalimat yang pertama si pembicara hanya menceritakan keadaan yang sudah ada yaitu bahwa Muhammad dan Ali telah datang tanpa mempedulikan siapa yang lebih diutamakan untuk datang atau siapa yang lebih dahulu datang. Atau mungkin si pembicara mengatakan demikian karena Muhammad dan Ali sama-sama masuk dalam daftar undangan dan sama-sama dipentingkan.
Sedangkan pada kalimat yang ke dua; si pembicara menceritakan bahwa Muhammad telah datang. Si pembicara sebenarnya hanya menginginkan kedatangan Muhammad atau yang lebih penting adalah Muhammad, sedangkan Ali hanyalah orang yang kebetulan datang bersamaan dengan Muhammad.
Demikian uraian singkat yang saya coba bagikan untuk pembaca, semoga bermanfaat.

Kamis, 13 Januari 2011

CINTA, HIASAN PEMBERIAN ALLAH


CINTA…. adalah sebuah kata ‘ajaib’ yang banyak disuka oleh siapa saja terutama generasi muda. Kata yang membuat siapapun mau melakukan apa saja, membuat orang selalu bahagia, semangat semakin menyala dan bisa meraih prestasi yang dicita-citakan.
Namun tidak sedikit orang yang sengsara karena ‘cinta’. Hatinya hancur, perasaannya tertekan, rasa sedih berkepanjangan, selalu ingin marah dan kehilangan semngat yang menyebabkan prestasinya jatuh tak terselamatkan. Akhirnya ia tidak percaya lagi dengan ‘cinta’. Seorang gadis atau wanita siapa saja menganggap bahwa semua laki-laki adalah buaya. Sementara laki-laki menganggap semua wanita adalah ular.
Hal tersebut banyak mengilhami para seniman untuk menelurkan karya seninya. Ada yang membuat puisi atau lagu yang menyiratkan bahagianya merasakan cinta, namun banyak juga puisi atau lagu sedih yang menceritakan sakitnya menjalani cinta. Anehnya lagu, puisi atau syair-syair ini justru menjadi pedoman hidup bagi mereka yang sedang menjalani cinta. walhasil banyak perilaku-perilaku ‘aneh’ yang dimunculkan oleh orang-orang tersebut. Tiba-tiba menjadi murung, stress, ingin bunuh diri bahkan sudah nekad mengakhiri hidupnya hanya gara-gara cinta. Hi hi hi…. Kalau dipikir-pikir lucu juga 
Bagaimana tidak lucu ?
Cinta (atau lebih tepatnya : asmara ) itu sebenarnya hanyalah bagian kecil dalam kenidupan manusia. Sementara masih banyak sisi kehidupan ini yang lebih utama bagi manusia yaitu ibadah yang meliputi ibadah ritual maupun yang bukan ritual misalnya : belajar, bekerja. Tetapi mengapa manusia begitu mementingkan hal yang satu ini sedemikian rupa.
Saya ingat sebuah cerita yang pernah saya baca di majalah anak-anak waktu saya juga masih anak-anak, ada seorang raja yang mempunyai tiga orang putri yang cantik-cantik. Suatu hari sang raja sedang berulangtahun lalu ia mengumpulkan ketiga putrinya itu. Kemudian masing-masing diminta untuk menggambarkan cinta mereka kepada sang ayah. Anak pertama menggambarkan cintanya kepada ayah bagaikan permata yang berkilau dan mahal harganya, anak yang ke dua menggambarkan cintanya seperti buah anggur yang paling lezat rasanya, tetapi anak yang terakhir justru menggambarkan cintanya seperti garam. Tentu saja sang ayah marah besar pada putri bungsunya itu. Lalu ia pun mengusir putrinya dengan menariknya keluar istana. Sesampainya di luar sang raja melihat seorang pemuda miskin yang sedang lewat. Pemuda itu disuruh membawa dan mengawini putrinya yang dianggap tidak berbakti pada ayahnya.Pemuda itu pun hanya bisa menurut terheran-heran sekaligus merasa bahagia. Mimpi apa kok bisa dapat anak raja yang cantik begini.
Pemuda dan putri raja itu pun memulai hidup dengan serba kekurangan. Tetapi pemuda itu tahu bahwa istrinya itu pandai memasak. Mereka akhirnya membuka kedai yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi ternyata kedai mereka mulai jadi pembicaraan orang banyak karena masakannya begitu enak. Hingga akhirnya kedai mereka berubah menjadi rumah makan yang besar dan terkenal sampai ke telinga sang raja tadi.
Sang raja pun penasaran dan ingin mencoba masakan di rumah makan tersebut sedangkan ia  belum tahu bahwa rumah makan itu milik putrinya sendiri. Sesampainya di rumah makan sang raja mulai mencoba masakan yang dihidangkan. Tetapi ..... "BHUUAAAAH masakan seperti ini dibilang enak ?" sang raja memberikan komentarnya. Pelayan rumah makan minta maaf dan mengganti dengan masakan yang lain. Kali ini sang raja merasakan masakan yang memang lezat. Akhirnya sang putri pun menemui ayahandanya. Sang raja pun terkejut melihat putrinya. Sang putri menjelaskan bahwa masakan yang ke dua memakai garam sedangkan yang pertama tidak. Akhirnya sang raja pun menyadari bahwa apa yang dikatakan putrinya dulu ternyata benar.
Nah.... dari cerita di atas saya memang berkesimpulan bahwa cinta itu memang seperti garam. Setiap orang pasti bisa memiliki garam karena sangat murahnya. Meskipun murah orang tidak begitu saja memasukkan garam yang banyak dalam masakannya, pasti sangat sedikit dibanding bahan-bahan utama lainnya tetapi rasanya .... sangat terasa. Begitu pula cinta, rasanya sangat luar biasa tetapi sebenarnya hanya bagian kecil dalam kehidupan manusia.
Di dalam Al-Qur'an pun Allah menyebutkan bahwa cinta antar lawan jenis dijadikan sebagai  h i a s a n
زُيِّنَ للِنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
... rasa suka terhadap wanita dijadikan sebagai hiasan bagi manusia (QS Ali Imran : 14)

Kalau kita mendengar istilah 'hiasan' pasti kita tahu bahwa itu bukan bagian utama. Bagian utama dalam kehidupan kita adalah tugas yang diberikan oleh Allah yaitu sebagai khalifah dimuka bumi. Kita harus mengurus bumi ini dengan sebaik-baiknya karena hal itu merupakan amanah yang dulu telah manusia terima di saat makhluq-makhluq Allah yang lain keberatan menerimanya.
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَة َعَلىَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا فَحَمَلَهَا الإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلاً
Sesungguhnya telah kami tawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan menanggungnya dan merasa keberatan padanya lalu manusia (bersedia) menanggungnya. Sesungguhnya ia (manusia) itu memang zhalim dan sangat bodoh (Q.S. Al-Ahzab : 72)

Sebenarnya ketika orang yang sedang jatuh cinta ditanya apa target dari kisah cintanya tentu mereka menjawab : menikah. Nah di sinilah perlu kita ketahui bersama bahwa menjalani pernikahan tidaklah mudah. Bayangkan, harus mencarikan nafkah untuk istri (belum sampai anak lho ). Dan kalau mau jujur hal yang terindah yang dibayangkan orang yang belum menikah yaitu (barangkali) hubungan seks sebenarnya adalah pekerjaan berat dan melelahkan. Butuh tenaga besar (makanya laki-laki dalam hal ini disebut perkasa). Belum lagi saat seorang istri hamil dan melahirkan adalah saat-saat menderita. Anak yang dilahirkan pun merupakan tanggung jawab yang besar mulai mereka lahir sampai kuliah.
Mengingat beratnya kehidupan berumahtangga, manusia pasti tidak akan mau menjalaninya begitu saja seandainya Allah tidak menghiasi semua itu dengan garam 'cinta'.
Penulis berharap pembaca blog ini mengerti bahwa kita tidak perlu mengagung-agungkan cinta, jadi tidakperlu sakit hati yang berkepanjangan.